1. Pengertian Modal Sosial
Modal sosial adalah sumber daya yang
dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru.
Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut daya (resource) adalah sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan.
Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal. Dimensi
modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial berbeda dengan istilah
populer lainnya yaitu modal manusia (human
capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke
dimensi individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang
individu. Pada modal sosial, lebih menekankan pada potensi kelompok dan
pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok
dengan ruang perhatian terhadap pada jaringan sosial, norma, nilai, dan
kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi
norma kelompok. Modal sosial juga sangat dekat dengan terminologi sosial
lainnya seperti yang dikenal sebagai kebajikan sosial (social virtue). Perbedaan keduanya terletak pada dimensi
jaringan. Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di
dalamnya melekat perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang bersifat
timbal balik dalam suatu bentuk hubungan sosial (Hasbullah, 2006).
Menurut Eva Cox (1995) mendefinisikan
modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang
ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang memungkinkan
efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan
bersama. Francis Fukuyama (1995) menekankan pada dimensi yang lebih luas
yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan
bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan
norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi tersebutlah yang akan
menjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan di segala bidang kehidupan,
dan terutama bagi kestabilan pembangunan telah terbiasa dengan bergotong royong
serta bekerjasama dalam kelompok atau organisasi yang besar cenderung akan
merasakan kemajuan dan akan mampu, secara efisien dan efektif, memberikan
kontribusi penting bagi kemajuan negara dan masyarakat. Dalam Anonim1
(2011)kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di
dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut modal sosial. Kemampuan
bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di
bagian-bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan
(menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam
kelompok masyarakat yang besar seperti negara.
.2. Modal Sosial :
Kepercayaan
Trust atau rasa
percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko
dalam hubungan-hubungan sosialnya yang di dasari oleh perasaan yakin bahwa yang
lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa
bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak akan
bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Dalam pandangan Fukuyama
(1995), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan
masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi
pada peningkatan modal sosial (Hasbullah, 2006).
. Cara Membangun
Kepercayaan
kepercayaan tidak akan tercapai dengan
sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus.
Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak
membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :
a) Penerimaan
Sejak awal
hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya,
termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan
kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan
dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang
kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal
dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak
akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam
sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama. Sikap dan
perilaku yang berdasarkan kepada nilai–nilai universal yang diyakini sebagai
nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan,
saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu
warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut
otomatis akan luntur.
b) Berbagi
Informasi dan Kepedulian
Setiap orang
yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama,
membutuhkan informasi mengenai :
·
Kehidupan,
pengalaman, gagasan, nilai masing–masing.
·
Masalah–masalah
yang dianggap penting dalam kehidupan mereka.
Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran
informasi yang diberikan di antara warga haruslah informasi yang jujur dan
terbuka. Informasi yang diberikan tidak akan berarti apabila dalam
hubungan–hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Setiap warga yang berhubungan
dalam masyarakat akan menggunakan dan terlibat untuk memecahkan masalah di
lingkungannya apabila ada kepedulian di antara mereka. Apabila warga masyarakat
mempunyai kemampuan dan kemauan saling berbagi, saling peduli , maka
kepentingan–kepentingan individu akan mengalah kepada kepentingan–kepentingan
komunitas kelompok.
c) Menentukan
Tujuan
Kebutuhan yang
ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak
akan tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat
dalam perumusan tujuan. Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen
warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama.
d) Pengorganisasian
dan Tindakan
Pada tahap awal dalam menentukan tujuan
yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga masyarakat), memastikan ada
yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk mencapai
tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam
organisasi, kelompok, atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan
perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya.
Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya
(warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya.
Berbagai tindakan kolektif yang
didasari atas rasa saling mempercayai yang tinggi akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan dimensi terutama dalam konteks
membangun kemajuan bersama. Kehancuran rasa saling percaya dalam
masyarakat akan mengundang hadirnya berbagai problematika sosial yang
serius. Masyarakat yang kurang memiliki perasaan perasaan saling
mempercayai akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan sosial dan
ekonomi yang mengancam. Semangat kolektifitas tenggelam dan partisipasi
masyarakat untuk membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih baik akan
hilang. Lambat laun akan mendatangkan biaya yang tinggi bagi pembangunan
karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang akan
diberikan oleh pemerintah. Jika rasa saling mempercayai telah luntur maka
yang akan terjadi adalah sikap-sikapyang menyimpang dari nilai dan norma yang
berlaku. Kriminalitas akan meningkat, tindakan-tindakan destruktif dan
anarkis gampang mencuat, kekerasan dan kerusuhan massa akan cepat tersulut dan
masyarakat tersebut cenderung pasif, sendiri-sendiri dan pada akhirnya akan
muncul perasaan keterisolasian diri. Pada situasi yang tersebut terakhir
ini, masyarakat akan gampang terserang berbagi penyakit kejiwaan seperti
kecemasan, putus asa dan kemungkinan akan melahirkan tindakan-tindakan fatal
baik bagi dirinya, masyarakat dan negara (Putnam, 1993).
Trust akan
kehilangan daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu spektrum penting yang
ada di dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai (the radius of trust).
Pada kelompok, asosiasi atau bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi inward looking cenderung memiliki the radius of trust sempit.
Kelompok ini kemungkinan akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk
mengembangkan modal sosial yang kuat dan menguntungkan (Hasbullah, 2006).
Komentar
Posting Komentar