Kerangka
Konsep Sosiologi untuk Membingkai Cinta
Sosiologi
merupakan ilmu yang mengkaji masyarakat, baik meliputi proses sosial, nilai dan
norma sosial, kelompok sosial, dan lain sebagainya yang terdapat dalam
masyarakat. Masyarakat menjalain hubungan timbal balik individu dengan
individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang
bersifat asosiatif maupun disosiatif. Konsep asosiatif mengarah pada proses
penyatuan individu dan kelompok dalam suatu masyarakat yang satukan oleh
perasaan afeksi (kasih sayang), afeksi dapat juga diartikan sebagai kategori
cinta. Namun cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang, buktinya ucapan
cinta kadang membuat sakit hati dan saling membenci.
Cinta dalam
makna normatif berarti ungkapan kasih sayang dari seseorang diwujudkan dalam
bentuk afeksi dan proteksi. Pewujudan afeksi sudah jelas bentuknya berupa kasih
sayang, namun perwujudan proteksi yang diartikan melindungi kadang
disalahlakukan sebagai koersif atau pemaksaan untuk mengikuti apa yang
diinginkan pasangan. Teori yang mendasar ini pada umumnya dimengerti oleh
setiap kalangan, orientasi dalam memaknai cinta susah distandarisasikan. Kita
ketahui cinta adalah kasih sayang, kita ketahui cinta adalah awal pembentukan
kelompok sosial terkecil seperti keluarga, dan cinta adalah ikatan penyatu dua
individu.
Ferdinand tonnies mengatakan bahwa suatu perkumpulan di dalam kelompok sosial kemasyrakatan ( paguyuban /
gemeinschaft) mempunyai beberapa ciri pokok yaitu :
1. Intimate
yaitu hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private,
yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus beberapa orang saja.
3. Exlusive,
yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain
di luar “kita”
Berdasarkan pendapat tonnies
diatas bisa kita katakan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
“pacaran” atau “pernikahan” merupakan hubungan yang intimate karena ada
kemesraan di dalam menjalani hubungan, private karena hubungan nya bersifat pribadi
untuk beberapa orang saja serta exlusive yaitu hubungan itu hanya dinikmati
oleh berdua saja, ibarat pepatah “jika sudah bicara cinta dunia terasa milik
berdua”.
Interaksionisme Simbolik, berasal dari Goerge Herbert Mead, dari kata
interaksionisme sudah nampak menunjukan interaksi sosial, sedangkan simbolik
mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Ketika remaja laki-laki
selalu memberikan pandangan khusus kepada remaja perempuan, istilah kita suka
lirik-lirik dalam kelas. Remaja perempuan lalu memaknai lirikan matamu si
remaja laki-laki itu. Lirikan mata adalah bentuk simbolik dari syarat
terjadinya interaksi sosial yaitu kontak. Lain cerita ketika remaja laki-laki
yang biasanya tidak berkomunikasi intensif seperti teleponan, chatting, dll
kali ini si remaja laki-laki menelpon “kamu sedang apa?”, “sudah makan belum?”
atau pesan status di media sosial “iiih seneng bisa ngobrol sama dia” atau “Ya
Tuhan jantungku seperti ditabuh seribu orang saat dekat dengannya”, itulah
pesan cinta diawal pertemuan. Sesuatu interaksionisme simbolik dari dua
individu yang mengarah pada hubungan timbal balik.
Herbert
Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran
interaksionisme simbolik dengan tiga pokok pemikiran, bahwa individu bertindak (act)
terhadap sesuatu (thing) atas makna (meaning) yang dipunyai
sesuatu baginya. Tindakan seseorang terhadap sesuatu barang/benda kemudian
dimaknai oleh kedua orang tersebut. Dikisahkan pada remaja laki-laki yang
mencintai remaja perempuan ketika dihari ulang tahunnya, dia memberikan kado
atau acara istimewa untuk memaknai kasih sayangnya. Tentunya berbeda dengan
pasangan lain saat merayakan ulang tahun, bedanya saat ulang tahun kado tidak
ada, acara istimewa tidak ada, padahal mereka menjalin hubungan kasih sayang.
Kisah ini tentunya diartikan sebagai interaksionisme simbolik bahwa
simbol-simbol dalam pasangan tidak harus sama dengan pasangan lainnya.
Dalam interaksinya dengan orang lain, kita menyadari
bahwa apabila kita ingin agar seseorang menyukai kita maka kita harus memiliki
pemahaman tentang apa yang orang lain suka. Tanpa memahami kesukaan nya , maka kita
tidak akan dapat memahami apapun dari orang yag kita cintai. Dan untuk memahami
diperlukan bahasa. dengan mempelajari bahasa, kita melakukan pertukaran makna
atau simbol signifikan dengan pasangan kita.
maka mari manifestasikan cinta dalam hati tutur dan sikap kita kepada semesta.
Komentar
Posting Komentar