Pikiran kritis menjadi modal awal
yang dibutuhkan seorang peneliti untuk memandang lingkungan sekitar dengan cara
yang berbeda. Dari kisah isaac newton kita bisa belajar tentang bagaimana
berpikir kritis.
Telah ribuan tahun yang lalu
semua orang tahu bahwa buah apel bila jatuh dari pohon maka selalu “jatuh
kebawah” . tetapi mengapa baru seorang isaac newton yang mempertanyakan hal itu
dan tertarik untuk mengkajinya lebih jauh sehingga melahirkan teori gravitasi
yang terkenal itu. Hal ini karena isaac newton
tidak terlena pada rutinitas dan dia bisa mengambil “jarak” dengan
kejadian-kejadian sekitarnya. Di benak newton yang muncul adalah pertanyaan dan
sikap kritis. Begitu juga seorang peneliti, akan baik jika peneliti bersedia
mengembangkan pikiran yang mencoba
melawan arus, mempertanyakan hal-hal yang sebelumnya tampak biasa dan kemudian
mengkajinya dalam kegiatan peneltian yang dapat dipertanggung jawabkan.
Hal yang sangat ironis bagi
peneliti di indonesia terutama bagi dunia penelitian sosial, banyak peneliti
yang terlena dengan rutinitas dan tidak mengambil “jarak” dengan fakta dan
masalah sosial yang terjadi disekitarnya sehingga memunculkan stagnasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal yang
agak ironis lainnya adalah bahwa hasil-hasil penelitian yang spektakuler
mengenai kehidupan masyrakat indonesia justru lahir dari penelilti-peneliti
asing bukan dari peneliti dalam negeri.
Seperti clitford geertz misalnya adalah peneliti asing yang terbukti memiliki kepekaan
terhadap berbagai permasalahan sosial di indonesia. Teori geertz yang terkenal
yaitu mengenai perekonomian firma versusu perekonomian bazar, involusi
pertanian dan tipologi santri-abangan-priyayi. Semuanya lahir dari hasil
penelitian yang dilakukan di salah satu kota di jawa timur pare.
Pertanyaan besar bagi kita adalah
mengapa hasil-hasil penelitian yang menjadi best seller tidak lahir dari
peneliti dalam negeri yang notabene lebih kenal dengan lingkungan sosialnya
sendiri ?
Ada beberapa kelemahan yang
menjadi kendala bagi peneliti domestik sehingga kerjanya tidak optimal yaitu “
1. Terlalu
mudah percaya terhadap fakta-fakta mentah yang di dengar dan terlihat sepintas
lalu.
2. Kurang
mengambil “jarak” dengan fakta disekitarnya sehingga terjebak pada “prasangka
keruangan” dan rutinitas kerja yang menjemukan.
3. Berprilaku
seperti turis yang melakukan perjalanan wisata sehingga cenderung menghindari
memilih masalah sosial yang mengahruskan masuk kepelosok – pelosok karena
terlalu menyita waktu, biaya, tenaga dan perhatian yang tertalu serius.
Komentar
Posting Komentar