Manusia pada umumnya mempunyai naluri ingin tahu terutama
tentang sekeliling alam yang mereka diami. Manusia melayu pada zaman purbakala
juga mempunyai sifat yang sama. Tetapi karena manusia purba tidak memahami
tentang fenomena alam dan kejadian. Maka mereka memberikan tafsiran terhadap
sesuatu kejadian mengikut fahaman mereka. Menurut J.G Frazer seorang ahli
antropologi, apabila manusia purba tidak dapat menerangkan tentang sebab dan
akibat sesuatu kejadian tabii maka mereka mengatakan bahwa kejadian itu
berpuncak daripada kuasa sihir, tetapi apabila sihir itu tidak dapat
ditanggapi, maka dikatakan pula di sebalik alam yang nyata ada makhluk-makhluk
halus yang mempunyai kekuasaan yang luar biasa.
Animisme merupakan satu kepercayaan yang terdapat
dikalangan masyarakat yang masih mengamalkan kehidupan yang sederhana. Istilah
animisme ini telah di artikan oleh Tylor dari pada perkataan latin anima yang
berarti kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus (spiritual beings) menurut tylor kepercayaan kepada makhluk halus
dan roh merupakan asas kepercayaan yang mula-mula tumbuh dalam alam pemikiran
manusia primitif. Kepercayaan animisme merupakan suatu bentuk cultural universal yang wujud di
kalangan suku-suku primitif. Dalam
masyarakat yang sedang membangun seperti suku bangsa Melayu, ciri-ciri animisme
masih masih lagi berkekalan terutama
dikalangan masyarakat pedalaman biarpun sesudah muncul gerakan modenisme
dalam Islam yang memerangi kepercayaan lama ini yang dianggap sebagai khurafat
dan tahayul
Edward Burnet Tylor (1832-1917), seorang antropolog,
adalah orang pertama yang mengajukan teori “animisme” dalam bukunya Primitive Culture. Pada dasarnya, teori
ini berangkat dari pendapat bahwa manusia “pertama” mengamati dirinya dan dunia
di sekitarnya dan mengambil konklusi mengenai adanya “jiwa” atau “anima”. Menurutnya, penemuan ini
melalui dua jalur pemikiran: mimpi dan kematian.
M. Dhavamony berpendapat bahwa sebagaimana dipahami dan digunakan Tylor
itu, animisme memiliki dua arti:
1. Dia dapat dipahami sebagai
suatu sistem kepercayaan dimana manusia religus, khususnya orang-orang
primitif, membubuhkan jiwa pada manusia dan juga pada semua makhluk hidup dan benda mati.
2. Animisme dapat dianggap sebagai teori yang dipertahankan oleh Tylor dan
pengikut-pengikutnya, bahwa ide tentang jiwa manusia merupakan akibat dari
pemikiran mengenai beberapa pengalaman piskis, terutama mimpi, dan ide tentang
makhluk-makhluk berjiwa diturunkan dari ide tentang jiwa manusia ini, oleh
karena itu merupakan bagian dari tahap berikutnya dalam perkembangan
kebudayaan.
Orang yang mengalami mimpi tentunya
dalam keadaan istrahat dan tidur, suasana mimpi ini dijelaskanya melalui jiwa
tidak secara absolut identik dengan dirinya. Dengan cara yang hampir sama, orang yang mengalami mimpi tersebut bisa
menjelaskan, bagaiman konsep jiwa bisa lahir dari renungan terhadap kematian.
Benda
baik yang hidup atau maupun mati mempunyai roh atau jiwa, pada diri
manusia disebut nyawa. Nyawa itu dapat berpindah-pindah dan mempunyai kekuatan
gaib sehingga nyawa dapat hidup di luar badan manusia. Nyawa dapat meninggalkan
badan manusia pada waktu tidur dan dapat berjalan kemana-mana (itulah merupakan
mimpi). Akan tetapi apabila manusia itu mati, maka roh tersebut meninggalkan
badan untuk selam-lamanya. Roh yang meninggalkan badan manusia untuk
selama-lamanya itu disebut arwah. Menurut kepercayaan, arwah tersebut hidup
terus di negeri arwah serupa dengan hidup manusia. Mereka dianggap pula dapat
berdiam di dalam kubur, sehingga mereka ditakuti. Bagi arwah orang-orang yang
terkemuka seperti kepala suku,kyai, pendeta, dukun, dan sebagainya itu dianggap
suci. Oleh karena itu, mereka dihormati. Dengan demikian timbulah kepercayaan
yang memuja arwah dari nenek moyang yang disebut Animisme.[1]
Ninian Smart,
Tylor tidak segan-segan menyatakan bahwa bentuk kepercayaan asal manusia adalah
animisme. Teori ini timbul atas dua hal. Pertama, adanya dua hal yang nampak,
yakni hidup dan mati; bahwa kehidupan diakibatkan oleh kekuatan yang berada di
luar dirinya. Kedua, adanya peristiwa mimpi; sesuatu yang hidup dan berada di
tempat lain pada waktu tidur, yakni jiwanya sendiri. Jiwa bersipat bebas dan
berbuat sekehendaknya. Alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa yang merdeka itu
yang disebut dengan soul atau spirit, atau makhluk halus.
Pikiran manusia telah mentransformasikan kesadaran
terhadap adanya jiwa menjadi kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus.
Manusia melakukan penghormatan dan pemujaan melalui berbagai upacara berupa
doa, sesaji atau korban.
Koetjaraningrat asal mula dari religi adalah kesadaran
manusia akan konsep ruh (jiwa), yang disebabkan oleh dua hal yaitu:
1.Perbedaan yang tampak antara benda-benda hidup dan mati.
Makhluk yang masih dapat bergerak merupakan makhluk hidup akan tetapi suatu
ketika makhluk tersebut sampai waktunya tidak akan bergerak lagi (mati). Dengan
demikian manusia lama-kelamaan bahwa manusia mulai menyadari bahwa gerak dalam
alam (yaitu hidup) disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada disamping tubuh
jasmaninya, yakni jiwa (yang kemudian disebut dengan ruh).
2.Pengalaman bermimpi: dalam mimpi itu manusia melihat
dirinya berada ditempat-tempat lain selain tempat ia tertidur. Berangkat dari
situlah manusia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat
tidur, dan bagian lain dari dirinya, yaitu jiwanya (ruhnya), pergi ketempat
lain.
Sifat
abstrak dari ruh menimbulkan keyakinan pada diri manusia bahwa ruh dapat hidup
terpisah dari tubuh jasmaninya. Pada waktu orang hidup ruhnya masih terkait
pada jasmaninya, sedangkan ketika orang itu sedang pingsan atau tertidur, ruh
dapat meninggalkan tubuh pada diri seseorang. Karena pada saat seperti itu
kekutan hidup tidak berada di dalam tubuh, maka tubuh yang bersangkutan berada
dalam keadaan lemah. Namun Tylor
menyatakan walaupun ruhnya meninggalkan tubuhnya (tidur atau pingsan), hubungan
jasmani dengan ruh masih tetap ada.
Hanya saja pada waktu itu ia mati, ruhnya akan meninggalkan tubuh untuk
selama-lamanya, terputuslah hubungan antara jasmani dan ruh tersebut. Ruh yang
telah merdeka tersebut oleh Tylor tidak disebut ruh (soul) lagi, melainkan spirit (makhluk halus). Dengan demikian
mengalihkan kesadaran akan adanya ruh menjadi kepercayaan pada makhluk halus. [2]
Komentar
Posting Komentar