Cerita rakyat
petalangan
Anak Raja Burung Bayan Sama Pelatuk
Diceritakan
bahwa ada seekor burung pelatuk ingin melamar anak raja burung bayan. Dia
meminta ibunya untuk melamarkan dan
pergi menemui raja burung bayan untuk melamarkan anaknya. Singkat cerita ibunya
pun pergi menemui raja dan meyampaikan niat anaknya untuk melamar anak raja
bururng bayan. Dengan bijaksana raja menerima tapi dengan satu syarat yakni
dibuatkan rumah untuk anaknya di pohon kompe. Jika rumahnya siap maka akan
langsung dinikahkan.
Maka
ibunya pun pulang, dari kejauhan burung pelatuk menunggu dari pintu rumah
dengan tidak sabaran. Sesampainya dirumah burung pelatuk menanyai ibunya apa hasil dari lamarannya. Ibunya menjawab
bahwa raja menerima tapi dengan satu syarat yakni dibuatkan rumah dari pohon
kompe.
Maka dengan senang hati dan begitu riangnya sibururng pelatuk pun
menyanggupinya untuk membuat rumah dari pohon kompe. Pada hari pertama burung
pelatuk mintak dibuatkan bekal pada mamaknya untuk pergi mencari pohon kompe
dan membuat rumah untuk putri raja burung bayan. Setelah seharian mencari
akhirnya ditemukanlah pohon kompe di tengah hutan. Lalu mulailah pelatuk itu
mematuk pohon kompe untuk membuat rumah bagi putri raja bururng bayan sebagai
syarat untuk menikah.
Namun batang kayu kompe sangatlah keras, setelah
dipatuk-patuk berkali-kali belum juga bisa. Akhirnya malam pun tiba, pelatuk
pun pulang dengan tangan hampa. Sesampai dirumah pelatuk ditanya oleh mamaknya
gimana hasilnya, pelatuk pun berujar belum lagi mak, besok lagi mau dicobanya.
Esoknya pada hari ke dua pelatuk pun pergi kepohon kompe dan sedari pagi sampai
petang tak juga bisa dipatuknya pohon kompe karena kerasnya. Malam pun tiba
pelatuk kembali pulang dengan tangan hampa sembari harap-harap cemas karena
sudah dua hari belum juga bisa berhasil membuat rumah untuk tuan putri yang
burung bayan yang dicintainya. Maka dengan segala tekad di dada burung pelatuk
bertekad besok harus bisa dan siap rumah dari pohon kompe tersebut. Esoknya
pada hari ke tiga pealtuk kembali mendatangi pohon kompe dengan penuh semangat
dan kepercayaan diri yang tinggi. Maka mulailah burung pelatuk itu mematuk
pohon kompe dengan sekuat tenaga mengunakan paruh nya yang kuat namun setelah
sekian lama akhirnya paruh burung pelatuk dan bersemburanlah darah dari
paruhnya karena kerasnya pohon kompe tersebut.
Sambil meraung – raung karena
kesakitan burung pelatuk pun pulang kerumah. Dirumah ibunya melihat anaknya
kesakitan dan tidak bisa makan sama sekali . maka mamaknya pun pergi mengadu
kepada tetua dikampung itu dan merekapun sepakat bahwa raja yang salah karena
disuruh melakukan hal yang mustahil. Maka berkumpullah seluruh burung baik
burung besar maupun untuk memutuskan permasalahan ini. Ketika sidang belum
menemukan kata sepakat datanglah burung uwak-uwak yang diberi gelar tuk bunga
tanjung yang datang terlambat dan kemudian dimintai pendapatnya oleh burung
pelatuk, tuk tanjung pun menjelaskan bahwa dia banyak urusan karena mengurus
anak nya yang banyak, tuk tanjung menjelaskan bahaya diperjalanan menuju kesitu
dia menemui manusia yang sedang menuba disungai dan begitu banyak ikan yang
mati, baik yang besar maupun yang kecil. Lalu aku hanya mengambil yang ikan
kecil saja untuk dimakan. Selesai itu tuk tanjung pun tiba-tiba pergi. Pelatuk
pun marah karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lalu ributlah kembali
pertemuan itu. Tiba-tiba burung moncit menyeletuk dan mengatakan bahwa dia tahu
makna dari perkataan tuk bunga tanjung tadi. Dia menjelaskan bahwa sedangkan
dia pelatuk nak berbini sama anak raja burung bayan, anak raja, sementara awak
pelatuk yang miskin, tak sesuai, tak tau diri. Maka sidangpun selesai dengan
keputusan bahwa pelatuk memang tak tau diri nak bebini sama anak raja burung
bayan.
Setelah
itu bertemulah burung pelatuk dengan burung peling, dan mengatakan bahwa dia
akan memakan kayu ara sebanyak-banyaknya dan setiap ada tunggul aku berakkan
biar kayu ara tempat bururng bayan ini bisa dinaiki manusia untuk menggetah
bururng bayan akibatnya burung bayan pun ditangkap oleh manusia.
Hikmah dari cerita ini adalah banyak omong tanpa ilmu hanya akan mendatangkan bencana, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain apa lagi menuruti dan menerimanya tanpa terlebih dahulu di periksa kebenarannya. Selain itu dalam mencari pasangan hendaknya mengukur diri dan tau diri, cari yang sepadan dengan diri kita. jangan seperti burung pelatuk yang tak tau diri dengan mempersunting putri raja burung bayan.
Komentar
Posting Komentar