Tulisan Robi (
TUBI)
Bagai Pungguk
Merindukan Bulan.
"Nona, jangan kau tertawakan rinduku, sebab rindu ku bertuan"
Syahdan pada
sebuah cerita disebutkan kisah tentang asal-usul pribahasa bagaikan pungguk
yang merindukan bulan.
Pungguk dan
putri bulan bagai tersengat ketika mata mereka saling manatap, cepat-cepat
putri bulan menundukan kepala dan berjalan terus dengan diapit oleh dayangnya.
Ada cinta,
pungguk jatuh cinta. Tapi ia tak mungkin masuk keistana dan menjumpai putri bulan.
Untuk mengobati kerinduannya maka pungguk pun pergi bersemedi disebuah bukit.
Mengathui hal itu maka diam-diam putri bulan datang menemui pungguk. Cinta
tulus dan lembut sipungguk pun bersambut.
Pada suatu malam
putri bulan berkata kepada pungguk
“Pungguk, aku
mencintaimu, tetapi kita tidak mungkin menikah. Sebab aku telah dijodohkan pada
orang lain”. Maka pungguk pun patah hati. Ia menjawab “apapun yang terjadi aku
akan berada dibukit ini setiap bulan purnama untuk merindukanmu”.
Ternyata hubungan
putri bulan dan pungguk di ketahui oleh pengawal istana. Tanpa sepengetahuan
putri bulan pungguk pun dibunuh, lalu tubuhnya dilemparkan kekawah.
Lalu apa yang
terjadi ? tubuh pungguk berubah menjadi seekor burung, dan burung tersebut
hanya terbang ketika bulan sedang purnama dan bertengger dipucuk poho sembari
memandangi bulan. Ia berbunyi “pungguk-pungguk “. Maka orang-orang pun menyebut
burung ini burung pungguk.
Dari cerita ini
muncullah peribahasa “ bagaikan pungguk merindukan bulan” yang artinya orang
yang begitu dalam rasa rindunya.
Tapi, pribahasa
ini melupakan pihak yang lain, bukan hanya pungguk yang merindukan bulan
melainkan juga sang putri bulan, dan cerita belum cukup sampai disini.
Putri bulan yang
tidak tau apa yang terjadi pada pungguk, pada tiap bulan purnama, putri bulan
pergi ke bukit dan mencari kekasihnya “ pungguk, pungguk! Dimana kamu ?
bukankah kita sudah berjanji untuk bertemu !”
Begitulah cerita
si pungguk dan putri bulan. Dari cerita
tersebut kita bisa belajar bahwa merindu merupakan sebuah perasaan dasar dari
manusia. Perasaan rindu bisa muncul kepada setiap orang. Rindu kepada orang
tua, rindu kepada anak, rindu kepada teman, pacar, kampung halaman dan
rindu-rindu lainnya.
Merindu bisa
menjadi menyenangkan. Berbahagialah orang yang lagi merindu. Apa jadinya hati
kita menjadi keras seperti batu tanpa bisa untuk merindu. Namun kadang kala
merindu juga menyiksa. Hati yang rindu terasa perih, merindu berarti menderita.
Pikiran kita menjadi gelisah. Makan tak enak tidur pun tak nyenyak. Terasa dekat
tapi tak bisa di dekati.
Untuk mu pemuja
Rindu. Aku Rindu.
Komentar
Posting Komentar