Tulisan
Robi (TUBI)
MANUSIA
VS MANUSIA
Kita semua sama, terpenjara dalam
kesendirian hanya saja, ada yang
terkurung di ruang gelap tanpa cahaya sementara yang lain menghuni kamar
berjendela – Kahlil Gibran
Beraba-abad
lamanya ilmu pengetahuan, filsafat, sastra dan para peneliti memberitahu bahwa
satu-satunya alasan kita menjalin hubungan dengan orang lain adalah demi kepentingan
pribadi. Atau setinggi-tingginya ialah penyeimbang yang kita perlukan untuk
menjaga egosime.
Falsafah
teori Darwin pun semakin mempertegas pemahaman tak ramah tentang hubungan
antara manusia. Hubungan antar manusia sejatinya adalah persaingan
habis-habisan sehingga terjadi “survival
of the fittest”
Persaingan
yang terjadi antara manusia membuat manusia seperti serigala.“Manusia adalah
serigala bagi manusia lainnya” atau juga disebut “Homo homini Lupus ” istilah ini pertama kali di kemukakan oleh
plautus pada tahun 945,yang artinya sudah lebih dari 1500 tahun dan kita masih
belum tersadar juga. di zaman sekarang ini sangat sulit Menjadikan Manusia
seperti seorang manusia pada umumnya, sepertinya istilah ini masih tetap
berlaku sampai sekarang.
Ungkapan
“homo homini lupus” (manusia adalah
serigala bagi manusia lain) dipopulerkan oleh Thomas Hobbes, seorang filsuf
dari Inggris, untuk menggambarkan situasi masyarakat yang diwarnai oleh
persaingan dan peperangan. Siapa pun bisa menjadi musuh. Manusia yang satu bisa
“memakan” dan mengorbankan manusia lain demi tujuan yang ingin dicapai.Ini
tentu saja menjadi “ kebenaran “ yang tidak menyenangkan lagi menyesakan hati
kita sebagai manusia.
Namun
ilmu pengetahuan berkembang dengan masanya dan penelitian – penelitian yang
dilakukan belakangan ini memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan
antara manusia. Adalah
Antropolog Josep Henrich dari University Of Michigan Dan Robert Boyd dari University Of California In
Los Angeles (UCLA) yang membantah anggapan itu. Dalam penelitiannya yang
mempelajari dengan seksama prilaku sosial dan budaya antara sesama manusia
mereka memperoleh kesimpulan yaitu : “Upaya
kerjasama bukanlah hasil dari rasa kedirian tetapi buah dari upaya turun-temurun
untuk menjamin kelangsungan hidup makhluk bernama manusia, bukan secara pribadi
tetapi secara bersama atau berjamaah. Dalam upaya itu masyarakat dibekali oleh dua kecendrungan meniru. Yang pertama yaitu
kecenderungan untuk meniru dan menjadi sama denan kelompok mayoritas. Kedua
adalah kecenderungan untuk meniru dan menjadi sama dengan pribadi-pribadi
berprestasi. Peniruan ganda ini lah yang membawa manusia ketahapan hubunganyang
positif yang memungkinkan terciptanya keberlimpahan
daya cipta, energi dan peningkatan
kualitas hidup manusia yang dinikmati oleh masyarakat manusia secara
keseluruhaan”.
Dalam sejarah perkembangan manusia menunjukan bahwa Peradaban yang baik ditentukan oleh hubungan
manusia yang dihiasi dengan penuh perhatian (mutual understanding) dan
penghormatan. Dalam berkehidupan sehari-hari kita
sering ditampakan dengan tingkah laku yang membuat kita kadang merasa jengkel
dan kesal karena orang yang bersama kita cenderung hanya menyakiti perasaan
kita melalui tutur kata dan sikapnya kepada kita. Rumus menjalin komunikasi
yang baik telah di sampaikan oleh Raja Ali Haji dalam gurindam dua belasnya
yaitu :
Apabila perkataan yang kemah embut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekasalah sekalian orang gusar
Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas.
Kita
tentu menyukai orang yang berhubungan dengan kita dengan tutur yang lemah
lembut, dan mampu menyenangkan hati pendengarnya, lain lagi jika orang tersebut
berkata kasar kita tentu menjadi gusar dan tidak nyaman.
Semoga
saja kita semua dalam berhubungan dengan siapapun juga menjadi orang yang sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat
semangat, dan senikmat berbagi kepada sesama.
29
Juni 2017
Komentar
Posting Komentar