Tulisan
Robi (TUBI)
Benarkah
Doa Kita ?
Setelah
sibuk dengan bunyi kau perlu rehat dalam sunyi
– Emha Ainun Nadjib
Suasana
sepi dan sunyi kadang menjadi hal yang menakutkan. Misalnya kita berada seorang
diri di dalam hutan dan hanya ditemani suara jangkrik dan lolongan serigala di
kejauhan. Hal ini tentu saja membuat siapapun merasakan ketakutan dan
kecemasan. Kesunyian menjadi begitu menakutkan. Begitupun dalam kehidupan kita
sehari-hari, kesunyian hidup terasa tidak enak dan nyaman bagi diri kita. Mungkin
ada begitu banyak orang disekeliling kita, teman bergaul, tetangga, rumah yang
ramai penghuninya. Kita mungkin disibukan dengan berbagai macam aktivitas. Namun
adakalanya kita merasakan suatu kesunyian.
Kesunyian yang membuat hidup kita terasa kosong dan hampa.
Lalu
apa yang kita lakukan terhadap suatu kekosongan ? kita mengisinya. Dengan apa
kita mengisinya ? kita mengisinya dengan suara dan bunyi. Suara televisi,
radio, telepon dan sebagainya. Benak yang kosong di otak kita isi dengan
lamunan dan impian, keinginan dan juga kekhawatiran, serta dengan agenda dan
beragam rencana. Kemudian kita mengisi kesunyian hidup dengan banyak kata dan
bicara. Kata-kata yang setiap hari kita keluarkan dan hamburkan setiap harinya.
Kadang tanpa kita sadari dengan banyak bicara justru menunjukan kompensasi dari rasa sunyi dan
kosongnya hati kita.
Tak
hanya dalam berhubungan dengan manusia ( Habblu
Minannas ) kita menghamburkan kata. Bahkan interaksi dengan Allah ( Hablu Minallah) dalam doa kita jejali juga dengan rangkaian
kata-kata. Kita berdoa dengan begitu banyak kata-kata yang diucapkan. Akan tetapi
justru semakin banyak kata-kata yang kita lontarakan dalam doa hanya
berputar-putar disitu-situ saja hingga akhirnya kita pun tak tahu apa
sebenarnya isi doa kita.
Berdoa
bukanlah hal susah, namun ketika kita tidak mengerti caranya berdoa maka menjadi
rumit. Masalah utama kita adalah kita tidak tau bagaimana seharusnya berdoa. Berdoa
bukan sekedar merangkai kata-kata. Berdoa adalah ketika kita bertemu dan
menyatu, melarut dan terhanyut dalam sebuah intimitas. Intimitas (kemesraan, keakraban) kadang tak
memerlukan kata-kata karena kata-kata tidak dapat menunjukan suatu intimitas,
bahkan kata-kata menjadi terasa menganggu.
Itulah
misteri doa, berdoa bukanlah kegiatan bunyi atau suara. Melainkan suatu proses
intimitas antara kita dengan Allah. Hanya ada kita dengan Allah. Intimitas hanya
ada dalam hati orang yang sunyi, senyap, lengang, sepi dan bersih dari bunyi. Pada saat jiwa kita sunyi pada saat itu jiwa
kita bersih dari bunyi. Karena pada saat bibir tertutup, pada saat itu hati
kita terbuka. Desahan dan elahan nafas panjang jauh lebih berarti dari sekedar berbicara
dengan kata-kata.
karena iman adalah intimitas.
Sampai
Jumpa Di Lain Kata.
Komentar
Posting Komentar